Pages

nasrudinnnl.blogspot.com. Powered by Blogger.

Tuesday, October 21, 2014

Psikologi pendidikan -MUHIBBIN SYAH-

 BAB 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PENGAJARANA. 
DEFINISI PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN PENGAJARAN1. DEFINISI PSIKOLOGI                 
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris
pscychology. Kata psychologye merupakam dua akar kata yang bersumber dari bahasa greek
(Yunani), yaitu: 1)psyche yang berarati jiwa; 2)logos yang berarti ilmu, jadi secara harfiyah psikologi
memang berarti ilmu jiwa.
                Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan
mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam mahluk hidup mulai dari yang
primitif sampai yang paling moderen. Namun ternyata tidak cocok, lantarn menurut para ilmuwan
dan  filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada di luar kaidah keilmuan dan etika
filosofis. Bermacam-macam difinisi psikologi yang satu sama lain berbeda-beda, seperti:
 a)            Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
b)            Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran ( the science of mind)
c)            Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-lain difinsi
yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikan.
                 Psikologi dalam hal ini berhubungan dengan penyeledikan mengenai  bagaimana dan mengapa
organisme-organisme ini melakukan apa yang mereka lakukan. Secara ringkas dapat kita dapat kita
tari sebuah simpulan bahwa psikologi adlah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas
tingklaku terbuaka dan tertutup pada manusia, baik secara induvidu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan.  Lingkungan dalam ini meliputi semua orang, barang, keadaan,
dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
 2. DIFINISI PENDIDIKAN                Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi
"mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memeliharan dan memberi latihan di
perlukan adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran (lihat
kamus besar bahasa indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian "pendidikan"  menurut kamus
besar bahasa indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya penagajaran dan pelatihan.
            
       Dalam penegrtia yang agak luas, pendidikan dapat di artikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah yang sesuai dengan kebutuhan.
3. DEFINISI PSIKOLOGI PENDIDIKANP
sikologi pendidikan adalah sebuah sistem subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan teori dan masalah pendidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut.
a)      Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
b)      Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
c)       Ujian dan efaluasi bakat dan kemampuan.
d)      Sosialisai dan proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan rendah kognitif.
e)      Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
B. ARTI PENTING PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar bagi setiap pendidik yang kompeten dan profesional adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik (lihat kompetensi di profesionalisme pada halaman 229). Dalam hal ini, mengurangi peran dedaktif dan metodi psikologi sebagai ilmu yang berupaya memahami keadaan dan prilaku manusia termasuk para siswa yang satu sama lainya berbeda itu, amat penting bagi semua guru di semua jenjang pendidikan.
Para pendidik khususnya guru sekolah, sangant di harapkan memiliki-kalau tidak menguasai-pengetahuan psikologi pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa melaluai proses mengajar-belajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Ada beberapa hal yang penting yang perlu penyusunan kemukakan mengenai kajian psiklogi pendidikan, antrara lain:
         i.            Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologis;
       ii.            Hasil-hasil riset psikologi tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh;
      iii.            Konsep, teori, metode atau strategi kemudidan disistematiskan sedemikaian rupa sehingga menjadi “repertoite of resoursces”, yakni rangkain sumber yang berisi pendekatan yang dapat di pilih dan digunakan untuk pratik-praktik kependidikan khsusnya dalam proses mengajar-belajar.
C. SEJARAH, CAKUPAN, DAN METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN1. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Sejarah singkat yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti krana kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi masih snagat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pasa umumnya tentanng berbagai psikologi yang di campur menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi tehadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
2. CAKUPAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tinggkah laku manusia yang teribat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
a)      Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputu teori-toeri, prinsip-psrinsip, dan ciri-ciri khas prilaku belajar siswa, dan sebagainya.
b)      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni terhadap perbuatan dan pristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
c)       Pokok bahasan mengenai “situasi beljar”, yakni suasan dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang brhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good dan Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke dalam tujuh bagian.
Manejemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi penegendalian kelas dan penciptaan iklim kelas.
1)      Metodologi kelas (metodologi pengajaran).
2)      Motifasi siswa peserta kelas.
3)      Penangan siswa yang berkemampuan luar biasa.
4)      Penaganan siswa yangberperilaku menyimpang.
5)      Pengukuran kinerja akademik siswa.
6)      Pendayagunaan umpan balik dan penindak kelanjutan.
 3. METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Kebanyakan psikologi menganggap kegiatan belajar-mengajar  manusia adalah topik paling penting dalam psikologi. Demikian arti pentingnya belajar sehingga taksatupun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari belajar. Namun, perbedaan persepsi, (pemahaman atas dasar tanggapan) mengenai arti seluk-beluk belajar selau muncul dari waktu kewaktu dan dari generasi  ke generasi.
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang pendidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seprerti:
1.       Metode Eksperimen
Pada asanya, metode eksperimen merupakan serangkainan percobaan yang dilakukan esperimenter(penelitian yang berksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau ruang lain tertentu lainya. Teknis pelaksanaanya di sesuai dengan data yang akan di angkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca.
2.       Metode Kuesioner
Metode kuesioner (quesioner) lazim juga disebut metode surat menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaranya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos.Penggunaan metode kuisioner dalm riset-riset sosial termasuk bidang psikologi pendidikan relatif lebinh menonjol apabila di bandingkan dengan penggunaan metode-metode lainya. Gejala dominasi (penguasaan/kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karena lebih banyak sampel yang bisa di jangkau di samping unit cost (biaya satuan) responden lebih murah.
3.       Metode studi khusus
Studi khusus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memeroleh gambaran yang rinci mengenai aspak-aspek psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain di pakai para penelitian psikologi pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lain karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelodikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
4.        Metode penyelidikan klinis
Pada mulanya penyelidikan klinis atau sebut saja metode klinis (clinical method)hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa  serta cara-cara memberi perlakuan pamulihan (psychological teratmen) terhadap kalainan jiwa tersebut.
5.        Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik (naturalistik observation) adalah sejenis obserfasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, berada diluar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai oarng yang sedang melakukan penelitian.
 D. HAKIKAT DAN HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PANGAJARAN1. RAGAM ARTI PRNDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara harfiyah artinya adalah memelihara dan memberi latihan. Sedangka “pendidikan”, kegiatan mengubah prilaku dan sikap seseorang atau sekelompok  orang melalui upaya pengajaran dan penelitian.
Adapun mengenai istilah “pengajaran” menurut kamus besar bahasa indonesia (1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang di berikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengajaran disebut fannun al-talkim yang dalam bahasa inggris di terjemahkan dengan kata pedagogy dan pedagogics yang artinya ilmu mengajar.
2. HAKIKAT HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Penertian ini, secara implisit menafikan atau mengingkari kehadiran orang dewasa sebagai satu-satunya yang berhak yang menjadi penyelenggaran pendidikan atau menjadi guru atau pendidik sebagaimana yang dikehendaki sebagai ahli yang terkesan masih berpikir tradisoanal itu. Para pendidik yang tugas utamanya mengajar, baik  guru maupun dosen sebagaimana yang telah disaratkan oleh Undang-Undang, tidak memerlukan syarat usia.


 BAB 2PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJARA.      DEFINISI DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN

1.       DEFINISI PERKEMBANGAN
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwan perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang memiliki oleh organisme tersebut, baik yang konkrit maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti pristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju  pada aspek psikologi saja, tetapi juga aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Pertubuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan  a stage of development (Mcleod, 1989).
2.       FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
a.       Aliran Nativisme
Nativisme adalah sebuah doktri filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologi. Aliaran Nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh di kalangan beberapa orang ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi.
b.       Aliran Empirisme
Kbalikan dari Aliran Nativisme adalah Empirisme (Empiricism) dengan tokoh utama John Lock (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “the School of British Empiricism” (aliarn Empiris Inggris).
c.       Aliran Konvergensi
Aliran Konfergensi merupakan gabungan antara aliaran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
 B.      PROSES, TUGAS, DAN HUKUM PERKEMBANGAN
1.       PROSES PERKEMBANGAN
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang di alami seorang siswa, baik yang bersifat jasmani maupun bersifat rohani.
2.       TUGAS DAN FASE PERKEMBANGAN
Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Hal-hal lain yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah:
a)       Karena danya kematangan fisik terutama pada fase perkembangan tertentu;
b)      Karena adanya doronagan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri;
c)       Karena adanya tuntutan kultural masyarakat sekitar.
3.       HUKUM PERKEMBANGAN
 perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dab akibat terjadinya pristiwa perkembangan dalam diri manusia.
a.       Hukum Konvergensi
b.      Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
c.       Hukum Masa Peka
d.      Hukum Keperluan Belajar
e.      Hukum Kesatuan Anggota Badan
f.        Hukum Tempo Perkembanagan
g.       Hukum Irama Perkembangan
h.      Hukum Rekapitulasi
 C.      PERKEMBANGAN PSIKI-FISIK SISWA
1.       Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia  lahir. Semburan perkembangan (spurt) terjadi pada anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Ada empat macam  faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkanya. Pertama, pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Kedua, pertumbuhan otot. Ketiga, perkembangan dan perubahan fungi kelenjar-kelenjar endokrin. Keempat, perubahan struktur jasmani.
2.       Perkembangan Kognitif Siswa
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendaya guna kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendaya gunakan kapasitas Motor dan Sensorinya.
3.       Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
Pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan) adalah upaya penumbuh kembangkan sumberdaya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsun dalam mayarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga.
D.      ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF BAGI PROSES BELAJAR SISWA
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
a)      Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbinaganyang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembanganya;
b)      Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai ektivitas proses belajar mengajar bidang tertentu,dll.
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah efektif dan psikomotor seperti yang akan penyusun lebih lanjut.
a.       Mengembangkan Kecakapan Kognitif
b.      Mengembangkan Kecakapan Afektif
c.       Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
   BAB 3 BELAJARA.      DIFINISI DAN CONTOH BELAJAR
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
1.       DIFINISI BELAJAR
Sebagaian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/informasi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan berkala seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis.
2.       CONTOH BELAJAR
Dalam mempermudah pemahaman Anda mengenai cara sebenarnya belajar itu berlangsung, berikut ini akan penyusunan kemukakan satu  contoh sederhana sebagai gambaran. Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia memncoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkanya pada suatu permukaan atau dataran. Prilaku “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul/ada pad mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut.
B.      ARTI BELAJAR
Balajar adalah key term (istialah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikaian pentingnya  arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
C.      BELAJAR, MEMORI, DAN PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA
1.       PRESEPEKTIF PSIKOLOGI
Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya mereka yang tergolong cognitivist (ahli sains kognitivist) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pangetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasa kita artiakan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat pada otak manusia.
2.       PERSEPEKTIF AGAMA
 Islam, menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984), adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam firman Allah, “ Maka kethuailah, bahwa tidak  ada tuhan kecuali Allah” (surah Muhammad : 19). Islam memandang umat islam sebagai mahluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberikan potensi ayng bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahua dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Potansi-potansi tersebut terdapat dalam organ-oragn fisio-psikis manusia yang berfungsi  sebagai alat-alat penting untuk melekukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan,. Adalah sebagai berikut:
a)       Indara penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna menerima informasi fisual;
b)      Indra pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima  informasi ferbal;
c)       Akal, yakni potensi kejiwaan manusia yang berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
D.      TEORI-TEORI POKOK BELJAR
1.       Koneksionisme
Teori Koneksinisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan di kembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarka eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thondike menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
2.       Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik ( clasical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar rusia yang teleh berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditionong adalah sebuah prosedeur penciptaan reflek baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).
3.       Pembiasaan Prilaku Respons
Teori pembiasaan prilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di karangan para ahli psikologi belajar masa kini.
4.       Teori Pendekatan kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah meberi komtribusi yang sanagt berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas; psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, liguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi,  dan neuropsycsologi (psikologi syaraf).E.       PROSES DAN FASE BELAJAR
1.       Difinisi Proses Belajar
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang denganya beberapa yang ditimbulkan hingganya tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).  Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif, efektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
2.       Fase-Fase Dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlo, 1985), dalam proses belajar, siswa emenpuh tiga episode atau tiga fase, yakni:
a)      Fase informasi (tahap penerimaan materi).b)      Fase transpformasi (tahap pengubahan materi).c)       Fase evaluasi (tahap penilaian materi).Dalam fase informasi (informatin), seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah keterangan mengenai materi ayang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi (transformation), informasi yang telah itu di analisis, diubah, atau di transformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptul supaya kelak pada giliranya dapat di masnfaatkan bagihal-hal yang lebih luas. Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa yang akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuanya (informasi yang telah di transforasikan tadi) dapat di mabfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
   BAB 4 CIRI, PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJARA.      CIRI KHAS PRILAKU BELAJAR
1.       Perubahan internasional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang pernah di alami sekurang-kurangnya ia nerasakan perubahan dalam dirinaya,seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan seterusnya.
2.       Perubahan Positif dan Aktif
Positif artinya baik, bermanfaat, sesuai dengan harapan.  Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya suatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya.
3.       Perubahan Efektif dn Fungsional
Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat funsional dalam arti ia relatif menetap dan setiap saat apabila di butuhkan perubahan tersebut dapat di produksi dan di manfaatkan.
B.      PERWUJUDAN PRILAKU BELAJAR
Dalam hal ini memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sependapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-hal yang prinsipal. Aka tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan pbagaimana perwujutanya, aganknya masih ,menjadi teka-teki yang sering menimbulkan pendapat yang cukup tajam dianatar para ahli itu.
   a)      Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecendrungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.
b)      Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazim tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulisa, mengetik, olah raga dan sebagainya.
c)       Pengamatan
Pengamatan adalah proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga. Bakat pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya kesalahan pula.
 d)      Berpikir  Asosiatif dan Daya Ingat
Berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lain. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dan respon.
e)      Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prisip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).f)       Sikap
g)      Inhibisi
Secara singkat, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988).
h)      Apresiasi
Pada dasarnya aprisiasi berarti sebuah pertimbangan (judgemen) mengenai arti penting atau nilai sesuatu  (Chaplin, 1982).
i)        Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyambut keaneka ragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, benci, was-was, dan lain sebagainya.
C.      JENIS-JENIS BELAJAR
1)      Belajar Abstrak
2)      Belajar Keterampilan
3)      Belajar Sosial
4)      Belajar Pemecahan Masalah
5)      Belajar Rasional
6)      Belajar Kebiasaan
7)      Belajar Apresiasi
8)      Belajar Pengetahuan
D.      EFESIENSI, PENDEKATAN, DAN METODE BELAJAR
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan atau metode belajar termasuk gfaktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memilikik kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temanya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan hasil teman-temanya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ketitik ayng lebih rendah daripada prestasi temanya yan berkapasitas rata-rata.
        I.            Efesiensi Belajar
Pada umunya orang melakukan usaha atau berkerja dengan memeroleh hasil yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain efesien.
a.       Efesiensi Usaha Belajar
b.      Efesiensi Hasil Belajar
      II.            Ragam Pendekatan Belajar
Banyak pendekatan yang dapat anda ajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi palajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling moderen.
a.       Pendekatan Hukum Jost
b.      Pendekatan Ballard dan Clanchy
c.       Pendekatan Biggs
    III.            Metode Belajar SQ3R
Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar tersebut dimuka, berikut uni penyusun sajikan sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
a.       Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks,
b.      Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relefan dengan teks,
c.       Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang telah tersusun,
d.      Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di temuka,
e.      Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban dan pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
E.       FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR
Secara global, faktor-faktor yang memengaruhi siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam:
1)      Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kedaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2)      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa;
3)      Faktor pendekatan belajar (approach to learnig), yakini janis upaya belajar siswa yang meliputu strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
1.       Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasla dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu: pertama, aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah);kedua, aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

2.       Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
3.       Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang lebar pada subbab sebelumnya, dapat di pahami keefekifanya segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses belajar materi tertentu.

BAB 5 PRESTASAI, LUPA, KEJENUHAN, DAN KESULITAN BELAJAR
A.      EVALUASI DALAM BELAJAR
Pada bagian ini diurikan beberapa bagiam pokok yang behubungan dengan prestasi  atau kinerja akademik (academic performance) dan penetapan batas minimal prestasi belajar siswa.
1.       Difinisi Evaluasi
Evaluasi atrinya penelitian terhadap tingakat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam senbuah progaram. Padanan kata evaluasi adalah assesement yang menurut Tradif (1989) berarti proses penilaian unutk menggambarkan prestasi yang di capai seorang siswa sesuan dengan kriteria yang telah di tetapkan.
2.       Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Assessment menurut Petty (2004), mengukur keluasan dan kedalaman belajar, sedangkan evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasiul belajar yang pada darsarnya merupakan proses penyusunan diskripsi siwa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
a.       Tujuan Evaluasi
Pertama, untuk mengethui tingkat kemajuan yang telah di capai oleh siswa dalam sustu kurun waktu proses belajar tertentu. Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Ketiga, untuk mengethui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Keempat, untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendaya gunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang milikinya) untuk keprluan belajar. Kelima, unutk mengethui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses mengajar-belajar (PMB).
b.      Fungsi Evaluasi
Disamping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
         i.            Fungsi administratif untuk penyusunan daftar mengisi datar nilai dan pengisian rapor;
       ii.            Funsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan;
      iii.            Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (penagjaran perbaikan);
     iv.            Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentuk yang memerlukan bimbingan dan konseling (BK);
       v.            Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PMB.
c.       Ragam Evalusi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya banyak, mulaiyang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
a)      Pre-test dan post-test
Kegiatan pretest dilakukan guru secar rutin pada setiap akn memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi syaraf penegtahuan siswa mengenai  bahan yang akan di sajikan. Evalusi seperti ini berlangsung secara singkat dab sering tidak memerlukan instrume tertulis.
b)      Evaluasi prasyarat
Evaluasi  jenis ini sangat, mirip dengan pretest. Tujuanya adalah untuk mengedentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang telah mendasari materi baru yang akan di ajarkan.
c)       Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi  bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen sejenis ini di titikberatkan pada bahasan tertentu yang di pandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.
d)      Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajaian satu pelajaran atau modul. Tujuanya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahuai penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.
e)      Evalusi sumatif
Ragam penilain sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
f)       UAN/UN
Ujian Akhir Nasional dan Ujian Nasional(UN) pada prinsipnya sama dengan efalusi sumatif dalam arti sebagai penentuan kenaikan status siswa. Namun, UAN mulai dilakukan pada tahun 2002 untuk  dirncang untuk siswa yuang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yaiutu jenjang SD/MI (madrasah ibtidaiyah), dan seterusnya.
d.      Syarat dan Ragam Alat Evalusi
         i.            Syarat alat evaluasi
       ii.            Ragan alat evaluasi
 
e.      Indikator prestasi belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis  yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, penggunaan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah murid, sangat sulit.hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba).f.        Batas minimal prestasi belajar
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar diatas, guru perlu pula mengetahui bagai mana menetapakan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.  Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade)  skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangakn untuk sekala 0-100 adalah 55 atau 6.
g.       Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
a.      Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur kebehasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaanya ialah karena pelaksanaanya yang face to face (berhadapan langsung).
b.      Evalusi prestasi efektif
Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi efektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seyoginya mendapat perhatian khusus.
c.       Evaluasi prestasi Psikomotor
Cara yang di pandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang dinamis ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi.
B.      LUOA DAN KEJHENUHAN BELAJAR
1.       LUPA DALAM BELAJAR
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang senbelumnya telah kita pelajari.
a.       Fakto-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang telah ada dalam sistem memori siswa. Kedua, lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja atau tidak. Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena  perubahan status lingkungan atar waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990), dan lain sebagainya.
b.      Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi luapa adalah, dengan cara mengingatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiyak yang perlu dicoba oleh siswa dalam mengingat daya ingatnya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson(1990), adalah sebagai berikut:
1.       Overlarning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi peljaran tertentu.
2.       Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
3.       Mnemonic device (muslihat memori) yang sring juga hanya disebut mne-monic itu berarti kiat khusus yang di jadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal manusia.
4.       Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau mirip.
5.       Latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul  yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cremming.
6.       Pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya ) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
2.       KEJENUHAN BELAJAR
Secar harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat  apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosen. Dalam belajar, disamping sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami pristiwa negatif lainya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateu atau plateua.
Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ialah kehilangan motifasi dan kehilangan konsilidasi salah satu tingkat salah satu tinggkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chapilan, 1972).selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaninya karena bosan (boring), dan keletihan (fatigue).
C.      TRANSFER DALAM BELAJAR
Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari situasi kesituasi lainya (Reber, 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangny keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang.
1.       Ragam Transfer Belajar
a.       Transfer positif , transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu  yang mempermudah siswa tersebut belajar situasi-situasi lainya.
b.      Transfer negatif, transfer negatif apat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengaruh yang dipelajarinya dan dalam situasi-situasi lainya.
c.       Transfer vertikal, transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi pada diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah di pelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau lebih rumit.
d.      Transfer lateral, transfer lateral (kearah samping) dapat terjadi pada diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dia pelajarinya untuk mempelajari meteri yang sama kerumitanya dalam situasi-situasi yang lain.
2.       Terjdinya transfer positif dalam belajar
Transfer positif, seperti yamg telah diuraikan diatas, akan mudah terjadi pada seoarng siswa dalam situasi belajarnya di buat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengapresiasiakan penegetahuan dan keterampilan yang telah ia pelajari disekolah.
D.      KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANYA
1.       FAKTOR-FAKTOR KESULITAN DALAM BELAJARA
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan dalam belajar terdiri dari dua macam yaitu:
a.       Faktor interen siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri siswa sebdiri.
b.      Faktor eksteren siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua faktor meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.
         i.            Faktor interen siswa
Faktor interen siswa mwliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisk siswa yaitu:
a.       yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kepastian intelektual/inteligensi siswa;
b.      yang bersifat efektif (ranah ras), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       yang bersikap psikomotor (ranah karsa), antara seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan dtelinga).
       ii.            Faktor ekstern siswa
Faktor eksteren siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a.       Lingkungan keluarga,
b.      Lingkungan perkampunagan/masyarakat,
c.       Lingkungan sekolah.


2.       DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan maslah kesulitan belajar siswa, guru sangat di anjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi  (upaya mengenali gejala dengan cermat), terhadap fenomene yang menunjukkan kemungkinan adnya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Banyak l;angakah diagnostik yang dapat ditempuh guru, angtara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
a.       Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengetahui pelajaran.
b.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c.       Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang menimbulkan kesulitan belajar.
d.      Memberikan tes diagnostik bidan kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e.      Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesuliatn belajar.
Setelah langakah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langakah berikutnya , yakni melaksanakan program perbaikan:
a.       Analisis diagnosis
b.      Menentukan kecakapan bidang bermasalah
c.       Menyusun program perbaikan
d.      Melaksanakan progaram perbaikan

BAB 6 MENGAJAR
A.      ARTI PENTING MENGAJAR
Mengajar merupan istilah kunci yang tak hampir luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.  Sebagian  orang menganggap mengajar hanya sebagian pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai slah satu alat atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri . Konotasinya jelas, karena mengajar hanyalah salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa pengajaran.
B.      DEFINISI DAN CONTOH MENGAJAR
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteri yang ytelah di tetapkan, baik baik kriteria institusional maupun konstitusional. Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada penegertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaan.
1.       Difinsi mengajar
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian, tujuanya pun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa sejumlah pengetahuan dan kebudyaan.
2.       Contoh mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukann hanya mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada dalam luar kelas, khususnya ketika mereka masih berda dalam lingkungan seperti di laboraturium, perpustakaan dan lain sebagainya.
C.      PANDANGAN-PANDANGAN POKOK MENGENAI ILMU
1.       Menagajar sebagai ilmu
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karenanya, guru merupakan sesosok pribadi manusia yang memang sengaja di bangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profesi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidkan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
2.       Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainya memandang bahwa mengajar adalah sebagi seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selam bertahun-tahun.
D.      MODEL DAN METODE POKOK MENGAJAR
1.       Model pokok mengajar
a.       Model information processing (tahap pengelolaan informasi)
Sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai rumpun model-model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi secara optimal.
b.      Model personal
Rumpun model personal pada umumnya beroreintasi pada pengembangan pribadi pribadi siswa dengan lebih banya memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Bantuan rumpun model personal lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan kehidupan yang khas/unik.

c.       Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi antara individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karenya, rumpun model  lazim juga disebut sebagai interactive model (model yang besifat hubungan antar individu).
d.      Model behavioral (penegembangan prilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan peilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar dan megajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus ditunjukkan pada timbulnya prilaku baru atau berubahnya prilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun  model mengajar behavioral banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap prilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk prilaku-prilaku khusus.
2.       METODE POKOK PENGAJARAN
a.      Difinisi metode mengajar
Metode secar harfiah berarti “cara”. Dalam pemakain yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasanya digunakan untuk meyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.
b.      Ciri khusus metode belajar
Pada prinsipnya, tidaka satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Mengapa? Karena, setiap metode mengajar memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang khas.
c.       Ragam metode belajar
Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang dari tradisional sampai yang paling moderen sesungguhnya banyak hampir tak dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Ada empat macam metode mengajar yang dipandang resprenssetatif dan doinan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal.
1)      Metode ceramah
2)      Metode diskusi
3)      Metode demontrasi
4)      Metode ceramah plus
E.       STRAYTEGI DAN TAHAPAN MENGAJAR
1.       Strategi mengajar
Secara harfiah, kata “strategi” dpat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan startegem  yakni siasat atau rencana (Mcleod, 1989). Banyak padana kata “strategi” dalam bahas inggris, dan yang dianggap relevan dengan pembahasan ini ialah kata approch (pendekatan) dan kata procedur (tahap kegiatan). Dalam melaksanakan strategi SPELT, guru perli mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalam arti mengambil waktu yang berada tetapi berurutan, yakni:
a.       Dirct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung);
b.      Teaching for transfer (mengajar untuk mentransfer strategi);
c.       Generating elaborative strategis (pembagian strategi belajar siswa yang luas  dan terperinci).
2.       Tahapan-tahapan mengajar
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan yang erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahap-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan, yakni:
a.       Tahap prainstruksional, yakni persiapan sebelum mengajar dimulai;
b.      Tahap instruksiaonal, yakni saat-saat mengajar (penyajian materi);
c.       Tahap evaluasi dan tindak lanjut, yaitu penilaian hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindak lanjutan.
3.       Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran (instruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan oleh seseorang (misal guru) agar orang lain (dalam hal ini murid) melakukan belajar. Pembelajaran tidak identik dengan nelajar sebagaimana  yang dipahami sebagian orang selam ini.  Banyak kiat yang dapat diterapkan untuk mendekati pembelajaran secar inovatif antara lain dengan penataan kelas yang memungkinkan munculnya interaksi antara guru denga siswa dan siswa denag sesamanya ( komunikasi multi arah), sehingga memudahkan proses bimbingan kegiatan dan pengalaman belajar secara langsung dan terbuka untuk semua siswa.
BAB 7 GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR
A.      GURU
1.       Arti guru dahulu dan sekarang
Sekurang-kurangnya selama dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media masa khususnya media catak harian dan mingguaan memuat berita tentang guru. Namun, berita-berita ini banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan para guru sendiri nyaris tak mampu membela diri.
2.       Arti guru masa mendatang
Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru  diartikan sebagai orang yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar.  Kata mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya:
a.       Memerlukan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat psikomotor kognitif);
b.      Melatih keterampilan jasmani kepad orang lain (bersifat psikomotor);dan
c.       Menamakan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat efektif).

B.      KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU
Dalam arti sederhana, kepribadian bersifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yangb membedakan dirinya dari yang lain. Mcleon (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain yang sangat dekat artinya dengan kepreibadian adalah karakter dan identits.
1.       Fleksibilitas kognitif guru
Guru yang fleksibilitas pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beredaptasi. Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) pengamatan dan pengamalan. Dalam PMB, fleksibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi yaitu:
a.      Dimensi karakteristik pribadi guru;
b.      Dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; dan
c.       Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajaran.
2.       Keterbukaan psikologis pribadi guru
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaanya yang relatif tinggi untuk mengkonsumsikan dirinya dengan faktor-faktor eksteren antar lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
C.      KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Padan kata yang berasal dari bahasa inggris itu cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan inio ialah kata proficiency dan obiliti yang memeiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan.
a.      Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
b.      Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
c.       Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).
3.       Kompetensi psikomotor guru
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampialan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya  berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah keterampialan ranah karsa yang langsung berkaitan dengan bidang study garapannya.
D.      HIUBUNGAN GURU DENGAN PROSES MENGAJAR-BELAJAR
1.       Konsep dasar proses mengajar-belajar
a.              Difinisi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar
b.              Sasaran dalam proses belajar –mengajar
c.               Strategi perencanaan proses belajar-mengajar
d.              Strategi plaksanaan  proses mengajar-belajar
e.              Faktor-faktor yang  memengaruhi proses belajar mengajar
 
2.       Fungsi guru dalam proses mengajar belajar
a.      Guru sebagi designer of intruction(merancang kegiatan mengajar-belejar);
b.      Guru sebagai menager instruction(sebagai pengelola pengajaran);
c.       Guru sebagi evaluator of student learning(penilai hasil belajar siswa).
3.       Posisi dan ragam guru dalam proses mengajar-belajar
a.       Posisi guru dalam proses mengajar-belajar
Sehubungan dengan hal itu, rabgkai tujuan dan hasil yang harus dicapai guru, terutama belajar, membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan berjhasil mengubah tingkah lakunaya sendiri kearah yang lebih maju dan positif.b
b.      Ragam guru dan proses mengajar-belajar
Pertama, guru otoriter (authoritarian). Guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktifitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Kedua, guru laizze-faire padananya adalah idividualisme (faham yang menghendaki kebebasn pribadi). Ketiga, guru demokratis (democratic) yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang. Keempat, guru otoritatif berarti berwibawa karena adnya kewenangan  baik berdasarkan kemampuan kekuasaan yang diberikan.

Dalam arti yang sempit sikap adalah pandanagn atau kecendrungan mental. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap iti dapat di anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertiindak dengan cara tertentu.


3 comments:

  1. THANK YOU SO MUCH, SANGAT MEMBANTU :)

    ReplyDelete
  2. ijin copy yah mas untuk tugas perkuliahan .. sangat membantu sekali

    ReplyDelete
  3. Izin copy ya mas, sangat sangat membantu, terima kasih ...

    ReplyDelete

 

Blogroll

 
i
s
u
L
&
n
i
d
u
r
s
a
N